Jumat, 16 Desember 2016

Nikon Pemula





Nikon meluncurkan D5100 sebagai penjelasan untuk Canon 600D beberapa tahun yang lalu. Sekedar mengingatkan, meski D5100 maupun 600D masih tergolong  kamera DSLR kelas pemula, tapi harga keduanya cukup mahal. Jadi tak heran kalau kedua kamera ini seperti kurang populer, misalnya orang yang dananya terbatas akan lebih tertarik pada D3100 atau Canon 100D, atau 550D. Bagi yang dananya lebih mungkin akan lebih tertarik pada Nikon D90 atau Canon 60D Lalu mengapa saya memilih D5100? Simak review dan kesimpulan yang saya buat selengkapnya.


Nikon D5100 dijual satu paket bersama lensa kit 18-55mm VR sehingga bagi yang belum punya lensa apapun tak perlu kuatir, andabisa langsung pakai untuk memotret. Kamera ini menjadi generasi penerus dari D5000 yang dikenal sebagai kamera DSLR Nikon pertama yang layarnya bisa dilipat. Desain layar lipat D5000 banyak dikritik karena flip down, sehingga tidak mengejutkan kalau di D5100 ini desain flip LCD-nya diperbaiki menjadi flip kesamping kiri (seperti kamera dengan LCD lipat pada umumnya). Sebagai DSLR pemula, D5100 masih memiliki banyak kesamaan dengan adiknya D3100, yaitu bodi mungil berbahan plastik, tanpa motor fokus, modul metering 420 piksel RGB yang kuno (D40 saya sudah memakai modul ini 5 tahun yang lalu), viewfinder cermin (bukan prisma), minim tombol akses langsung dan tidak ada layar LCD kecil di bagian atas.
Body D5100
Nikon D5100 yang saya beli buatan Thailand, entah sebelum atau sesudah banjir besar yang menggenangi pabrik Nikon di Thailand beberapa bulan silam. Saya coba positive thinking aja, semoga tidak ada masalah dengan kualitas dan kinerjanya. Saya rasakan kualitas bahan dari bodi D5100 masih sama seperti Nikon lainnya yaitu cukup kokoh, sambungannya rapat dan tidak ada kesan longgar / ringkih.  Sayangnya tombol empat arah terasa kurang enak ditekan, seperti terlalu empuk. Paling menyebalkan adalah pintu SD card di sebelah kanan yang terasa agak longgar meski saat kondisi tertutup.

Tidak banyak perbedaan ukuran yang berarti antara D40 dengan D5100, keduanya sama-sama kecil dan ringan, lagi-lagi gripnya terasa agak kekecilan untuk tangan saya. Tapi saya menyukai lapisan karet di bagian grip dan tumpuan jempol kanan yang memberi kenyamanan ekstra saat menggenggam. Desain D5100 sepintas mirip dengan DSLR Nikon lain bila dilihat dari depan, tapi begitu dilihat dari belakang barulah tampak sangat banyak perubahan tata letak tombol. Hal ini akibat engsel layar lipat yang kini berada di kiri, sehingga harus mengusir banyak tombol yang biasanya berderet di sebelah kiri. Jadilah tombol MENU dan INFO pindah ke bagian atas, sementara tombol PLAYBACK, ZOOM IN dan ZOOM OUT pindah ke bagian sisi kanan. Bagi yang biasa memakai kamera DSLR Nikon pasti akan merasa aneh saat pertama memakai D5100 karena banyaknya perubahan tata letak tombol. Tapi bagaimanapun Nikon tetap melakukan reposisi tombol dengan apik, tidak terkesan ‘berantakan’ dan masih mudah dijangkau oleh jempol kanan kita (kecuali tombol MENU yang perlu memakai jempol kiri). Alhasil saya pun tidak kesulitan saat beradaptasi dengan migrasi tombol-tombol tersebut. Toh sisi baiknya juga ada, saya jadi bisa mengoperasikan kamera dengan satu tangan karena mayoritas tombol bisa diakses oleh jempol kanan saya.



Satu hal yang saya suka dari bodi D5100 adalah layar LCD-nya. Selain ketajaman layar yang sangat baik (900 ribu piksel), saya juga suka desain lipatnya yang fleksibel, dan bisa diputar dengan posisi layar masuk ke dalam bodi untuk melindungi layar saat tidak dipakai. Nikon D5100 punya dua sensor remote, satu di bagian depan dan satu di belakang (dekat tombol MENU).  Di bagian atas tampak ada tombol warna merah khusus untuk merekam video. Di sisi kiri ada pintu karet yang bila dibuka akan tampak beberapa port seperti untuk USB (dan multifungsi dengan kabel AV), HDMI, GPS dan mic eksternal. Di bagian bawah ada pintu untuk melepas baterai. Desain slot baterai sudah semakin baik dengan sistem pengaman sehingga bila tutup baterai dibuka, baterai tidak langsung meluncur lepas dari kamera.

Lihatlah D5100 dengan posisi layar terbuka seperti di atas. Konsep layar begini semestinya bisa diterapkan di semua DSLR karena bisa berguna saat kamera diangkat tinggi-tinggi atau memotret sambil jongkok (dengan mode live-view tentunya).  Layar lipat begini juga enak untuk dipakai merekam video dengan angle yang sulit.
Beberapa Fitur
Kamera D5100 termasuk kamera pemula dengan fitur lengkap. Beda dengan D3100 yang fiturnya cukup basic, maka pada D5100 beberapa setting yang lebih canggih disertakan juga seperti HDR mode, 14 bit RAW, bracketing, berbagai level Active D-Lighting dan berbagai Effect mode. D5100 juga punya sensor yang lebih tinggi resolusinya (16 MP vs 14 MP), ISO maksimum yang lebih tinggi (6400 vs 3200), burst lebih cepat (4 fps vs 3 fps) dan punya layar LCD yang tajam (900 ribu piksel vs 230 ribu) serta bisa dilipat. Tapi D5100 dan D3100 sama dalam hal modul metering, modul AF dan sama-sama tidak dibekali motor fokus (jadi untuk bisa auto fokus harus pakai lensa AF-S).

Pada shooting mode selain ada mode standar Auto, P, A, S, M dan Scene Mode, terdapat juga mode Effect yang menarik, meski belum tentu dibutuhkan. Pilihan Effect yang ada diantaranya Miniature effect, Night Vision, Low Key, High Key, Selective color, Sketch, Siluet dan Color swap. Justru fitur yang saya suka di D5100 adalah HDR shooting yang bisa mengambil dua foto dengan berbeda eksposur lalu menggabungkan keduanya dan menghasilkan satu gambar dengan rentang dinamis yang lebih lebar. No PC required!!


Menu di D5100 pun agak berbeda dengan D3100. Menu di D5100 lebih menyamai kamera kelas diatasnya seperti D90 atau D7000 dengan ciri punya berbagai Custom setting yang kompleks dengan kode huruf dan warna.

Soal kemampuan rekam video D5100 ini sudah sangat baik dengan full HD movie , berbagai pilihan frame rate,  mode AF-F (fokus kontinu) dan mic eksternal (sayangnya built-in mic masih mono). Tidak ada kemampuan manual eksposur pada D5100 saat merekam video, kita perlu menentukan dulu bukaan yang diinginkan sebelum mulai merekam. Kabar baiknya, kita bisa mengatur level sensitivitas microphone bahkan bisa diset ke-off.

Kamera generasi baru seperti D5100 memang sudah bisa mengatur Picture Control untuk hasil JPG yang bervariasi. Dengan begitu maka kita tidak perlu mengolah foto satu persatu di komputer untuk mendapat kontras atau saturasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Terdapat berbagai style yang sudah diatur dari pabrik seperti Standard, Neutral, Vivid dan sebagainya. Bila mau, setiap style bisa diatur lagi parameternya seperti ketajaman, kontras, kecerahan, saturasi dan tone (hue) warna. Dengan demikian maka setiap pemilik kamera D5100 bisa menyimpan style yang berbeda sesuai selera.

Fitur bracketing berguna untuk mengambil tiga gambar yang berbeda setting, biasanya perbedaan terang gelap atau eksposur (AE). Tapi di D5100 fitur ini diperluas menjadi ada beberapa pilihan bracketing yaitu AE, WB dan ADL bracketing.

Inilah penjelasan singkat tentang nikon sang pemula. Terimakasih sudah mampir.

Tidak ada komentar: